Selasa, 30 Juli 2013

BATIK SAPUAN

Nama batik ini saya temukan pertama kali di Gelar Batik Nusantra (GBN) 2013 yang lalu. Dalam pikiran saya, yang dimaksud batik Sapuan adalah batik yang dibuat lewat sapuan kuas layaknya lukisan. Dugaan saya didukung oleh fakta bentangan kain-kain batik cantik bak lukisan yang menempati salah satu koridor arena GBN. Batik-batik yang dipajang tersebut adalah milik Ibu Darwina Pontjo Soetowo.


Keindahan kain-kain batik itu sungguh memukau. Mereka memang sengaja dipamerkan hanya untuk dilihat, dipandangi dari jauh, seperti menikmati lukisan. Gambar-gambarnya sebagian mirip lukisan kontemporer. Sebagian lagi berupa lukisan wayang. Kain-kain berukuran 3x1 meter itu seolah kanvas besar yang memuat cerita.


Dan semua batik itu dibuat oleh Sapuan (48), seorang seniman batik asal Pekalongan, tepatnya Desa Tunjungsari.  Sebelum terpikat pada batik, Sapuan adalah guru di sebuah SMP negeri di Pekalongan. Sarjana pendidikan ini jatuh cinta pada batik pertama kali ketika dia melihat kain batik di jemuran rumah temannya. Namun, sesungguhnya sebagai anak asli Pekalongan, batik tentu bukan barang asing baginya.  


Lalu ia mulai mencoba berbisnis batik. Berkali-kali ia jatuh-bangun, tetapi semangatnya tak patah. Sampai akhirnya pada 2006 dia memutuskan untuk menjadi “pembatik”.


Batik-batik ciptaannya sangat khas dan masing-masing memiliki tema dan cerita yang filosofis, sehingga bisa dinikmati seperti lukisan. Batik-batik karyanya banyak dikoleksi kalangan menengah atas mengingat harganya yang cukup mahal (rata-rata di atas 5 juta rupiah). Biasanya, para kolektor menggunakan batik tersebut sebagai hiasan dinding untuk dipandangi. Dan memang, mengkhidmati batik-batik Pak Sapuan ini bisa mengurangi stres. Gimana nggak senang melihat pemandangan indah tersaji di selembar kain?


Bagi saya, cukuplah membelainya dengan pandangan mata. Kalau untuk membeli, lah ya saya malah jadi stres.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar